Tokoh yang paling
terkenal dari teori psikoanalisa ini adalah Sigmund Freud. Psikoanalisa dapat
dipandang sebagai teori kepribadian ataupun metode psikoterapi.
A.
Konsep Utama
Secara
umum konsep utama dari teori psikoanalisa adalah:
1.
Setiap anak memilki kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi dalam rangka perkembangan kepribadiannya secara sehat. Kebutuhan
ini mencakup kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa memilki, dan perasaan
sukses.
2.
Perasaan merupakan aspek yang mendasar
dan penting dalam kehidupan dan perilaku anak.
3.
Masing-masing anak berkembang melalui
beberapa tahapan perkembangan emosional. Pengalaman traumatik dan deprivasi
dapat berpengaruh terhadap munculnya gangguan kepribadian.
4.
Kualitas hubungan emosional anak dengan
keluarga dan orang lain yang signifikan dalam kehidupannya merupakan faktor
yang sangat krusial.
5.
Kecemasan akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan dan konflik-konflik dalam diri anak merupakan faktor penentu penting
terhadap munculnya gangguan tingkah laku.
a.
Persepsi tentang sifat manusia
Menurut Sigmund Freud,
perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang tidak disadari
dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa enam
tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan bahwa aliran teori
Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah deterministik. Ajaran
psikoanalisa juga menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari pada
apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Sedangkan tantangan tebesar yang dihadapi
manusia adalah bagaimana mengendalikan dorongan egresif. Bagi Sigmund Freud,
rasa resah dan cemas yang dihadapi seseorang erat kaitannya dengan kenyataan
bahwa setiap manusia akan mengalami kematian.
b.
Struktur kepribadian
1)
Id
Komponen kepribadian yang berisi
impuls agresif dan libinal. Merupakan bagian tertua dari aparatur mental
sekaligus merupakan komponen terpenting sepanjang hidup. Id bekerja dengan
menganut prinsip kesenangan “pleasure principle”.
2)
Ego
Bagian kepribadian yang bertugas
sebagai pelaksana, berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan
mengendalikan, serta mengontrol jalannya id, super-ego dan dunia luar, penengah
antara instink dengan dunia luar dengan menilai realita dalam hubungan dengan
nilai-nilai moralitas. Prinsip kerja ego menganut prinsip realitas “reality
principle”.
3)
Superego
Bagian moral dari kepribadian
manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar,
boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego. Di sini superego bertindak
sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat.
Dalam dinamika kepribadian manusia
id, ego, dan superego masing-masing memilki fungsi, sifat, dan prinsip kerja
tersendiri, namun semuanya berinteraksi begitu erat satu sama lainnya dan tidak
mungkin dipisahkan.
c.
Kesadaran dan ketidaksadaran
Dalam pandangan Freud,
sebagian besar perilaku manusia didorong atau ditentukan oleh kekuatan atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari, yaitu pengalaman-pengalaman atau
trauma masa kecil yang terdesak, tertekan, terpendam, atau terkubur dalam
ketidaksadarannya akan menimbulkan kecemasan yang tidak tertahankan.
d.
Kecemasan
Yaitu suatu keadaan
tegang atau takut yang mendalam sebagai hasil bermunculannya
pengalaman-pengalaman yang terdesak. Kecemasan berkembang dari konflik antara
sistem id, ego, dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang
ada. Fungsi utama kecemasan adalah untuk mengingatkan adanya bahaya yang
datang.
1)
Kecemasan realita
Rasa takut akan bahaya yang datang
dari dunia luar. Kecemasan ini sumbernya adalah ego.
2)
Kecemasan neurotik
Rasa takut yang bersumber pada id,
yaitu takut tidak mampu mengendalikan instiknya.
3)
Kecemasan moral
Rasa takut terhadap hati nuraninya
sendiri, yaitu terhadap adanya pertentangan moral. Sumber kecemasan ini adalah
superego.
Kecemasan selalu berakibat kepadda
terancamnya ego, sehingga memaksa ego untuk mengambil tindakan untuk
menghilangkannya agar diperoleh keseimbangan.
B.
Tujuan Konseling
Untuk mengurangi simptom
psikopatologi dengan memunculkan pikiran dan perasaan-perasaan yang tertekan
atau depresi ke dalam alam kesadarannya. Dengan kata lain membentuk kembali
struktur kepribadian klien dengan menggali kembali hal-hal yang terpendam dalam
alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam kesadarannya. Agar
berhasil, penting untuk melibatkan emosi sebagai bagian dari proses terapi
serta menjadikan pemahamnnya sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran
dirinya dengan mengkoreksi terhadap pengalaman-pengalamn emosionalnya.
Sumber konflik adalah materi-materi
yang yang tertakan pada alam ketidaksadaran, terutama yang terjadi pada awal
kehidupannya. Untuk itu ,terapis harus dapat membantu dan memotivasi klien agar
mampu mengahayati dan mengekspresikan pengalaman-pengalaman masa lampaunya
secara terrbuka, untuk selanjutnya ditata, didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan
dengan tujuan utama untuk merekonstruksikan kepribadiannya.
C.
Fungsi dan Terapis
Fungsi utama terapis adalah
memberikan kemudahan kepada klien untuk memantulkan perasaan-perasaannya yang tertekan
serta menafsirkan dan menganalisanya. Terutama terhadap bentuk-bentuk
resistensi yang dihadapinya, yaitu suatu keadaan dimana anak berusaha untuk
melindungi, menolak, mengingkari, atau mempertahankan diri dari suatu perasaan,
trauma, atau interpretasi yang tidak mengenakkan dari terapis.
Agar fungsi berjalan dengan baik, penting
bagi terapis untuk sejak awal mendorong klien agar dapat menyatakan dirinya
secara bebas, sehingga secara berangsur-angsur klien dapat menemukan
faktor-faktor penentu yang tidak disadari dari perilakunya pada masa kini. Disamping
itu terapis hendaknya bersikap anonim (tidak dikenal) serta berupaya untuk
sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya.
D.
Proses dan Teknik Terapi
Sekalipun dalam psikoanalisa
terapis hendaknya bersikap anonim, namun dalam prosesnya sejak awal terapis
harus dapat membina hubungan baik dengan klien. Terapis juga harus mendorong
klien agar mampu menyatakan dirinya secara bebas, membantu apabila klien
melakukan penolakan (resistensi), menyambut baik pernyataan pengalihan (tranferensi),
serta berusaha untuk membimbing klien ke arah kesadaran penuh dan ke arah
intergritas sosial secara memuaskan.
Lima
teknik dasar dalam terapi psikoanalisa :
1.
Asosiasi bebas
Secara mendasar, tujuan teknik ini
adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan emosi-emosi
yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau.
Teknik asosiasi bebas ini dilakukan
dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk di kursi sejajar dengan kepala
klien, sehingga klien tidak melihat terapis. Dengan demikian, klien dapat
mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang ada dalam ketidaksadarannya
secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa harus malu, meskipun materi
tesebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak relevan.
Terapis harus mampu menjadi
pendengar yang baik serta mendorong klien agar mampu mengungkapkan secara
spontan setiap ingatan yang terlintas dalam pikirannya, pengalaman traumatik,
mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
2.
Interpretasi atau penafsiran
Adalah teknik yang digunakan oleh
terapis untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi
perasaan klien dengan tujuan utama untuk menemukan materi yang tidak disadari. Dengan
demikian ego klien dapat mencerna materi tersebut melalui pemahaman baru dengan
penuh kesadaran.
Dalam memberikan penafsiran,
terapis harus hati-hati serta dapat memilih waktu dan kata-kata yang tepat agar
klien tidak justru menjadi menutup diri atau mengembangkan pertahanan dirinya.
3.
Analisis Mimpi
Setiap mimpi memiliki isi yang
bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten (tersembunyi). Isi yang
brsifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mimpi,
sedangkan isi yang bersifat laten terdiri dari motif-motif tersamar dari mimpi
tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau
sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber
konflik terdesak. Analisis mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang
sifatnya berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
4.
Analisis Resistensi
Resistensi merupakan suatu dinamika
yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan
adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang
mengancam dirinya, yang berarti ada perthanan diri terhadap kecemasan yang
dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun,
yang penting bagi terapis adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat
diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan
ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5.
Analisis Transferensi
Transferesnsi atau pengalihan
adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari orang-orang
tertentu dalam masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan perasaan, sikap,
dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan pada
masa silamnya.
Teknik analisis transferensi dilakukan
dengan mengusahakan klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap
kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi
ini tidak ditangani dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak
terhadap perlakuan terapis dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu
hukuman.
Sumber :
Kuntjojo. Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling.
Sunardi,
Permanarian dan M. Assjari. (2008). Teori
Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.
RIM CASINO LAS VEGAS - Dr.MCD
BalasHapusLAS VEGAS (March 경상남도 출장마사지 15, 2012) – A Casino Hotel was constructed on a 전주 출장샵 5-acre tract known to be the “largest 창원 출장안마 casino in 울산광역 출장마사지 the United States”. · 구미 출장마사지 Located in the former