Sabtu, 08 Januari 2011

Peran Ayah dalam Mendidik Akhlak Anak

Anak-anak yang tumbuh dengan kehadiran sang ayah dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran sang ayah, tentulah berbeda. Disadari atau tidak ada peran-peran sang ayah yang tidak dapat digantikan oleh pihak lain. Tentu yang dimaksud kehadiran sang ayah disini adalah kehadiran ayah secara fisik dan emosional. Bukan sembarang ayah tetapi ayah yang mampu berinteraksi secara emosional, memahami dan mengenal emosi anak-anaknya, mampu mendorong serta mendukung secara moril.
Banyak hasil riset dan pendapat para ahli psikologi yang menyatakan bahwa keterlibatan seorang ayah dalam mengasuh anaknya adalah penting. Peran ayah yang tidak dapat digantikan oleh sang ibu ini, dapat membentuk kecerdasan emosional anak dalam kehidupan sosialnya, bergaul dengan teman-teman dan kesuksesan di sekolah. Kehadiran ayah dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada diri anak.
Pengaruh sosok ayah ini juga dikatakan memiliki kekuatan yang tetap. Bukan hanya ketika anak itu sudah menginjak remaja, semasa kecil masa balita, interaksi ayah dan anak ini akan semakin menguatkan. Pada banyak kasus dimana ayahnya hadir dan merawat ketika mereka balita, anak tumbuh dewasa menjadi sosok pribadi yang lebih simpatik, empati, hangat dan cenderung memiliki hubungan sosial yang baik dan rasa percaya diri yang tinggi.
John Gottman dalam bukunya “Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional”, mengungkapkan bahwa para ayah lazimnya berinteraksi dengan anaknya berbeda dengan cara sang ibu berinteraksi. Ibu umumnya berinteraksi dengan lebih tenang, stabil dan lembut. Bermain dengan lembut atau membacakan sebuah buku cerita dengan tenang. Ibu akan lebih cenderung memainkan mainan yang sudah lazim seperti cilukba, tepuk tepuk, membaca buku, mengerakkan mainan atau puzzle. Dengan ayah, anak akan bermain lompat lompat, memanjat, kuda-kudaan atau pesawat terbang dengan mengangkat tubuh anak, permainan-permainan yang melibatkan emosi tinggi dan menggairahkan.
Ayah akan menjadi “pelatih emosi” yang berbeda dengan ibu, dengan dua pelatih emosi yang berbeda inilah diharapkan hasil didikan ibu dan ayah akan mencapai keseimbangan dalam pribadi seorang anak. Orang tua memegang peranan yang amat dominan dalam perkembangan anaknya, sebagaimana sabda Rasul SAW, walaupun tidak menafikkan banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak. Kedua orang tua memiliki “warna” untuk mewarnai dunia anak-anaknya.
“Setiap anak dilahirkan dalm keadaan fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.” (HR. Bukhari)
Ayah dan ibu, memiliki peran masing-masing yang saling mendukung dan membantu. Bila salah satu fungsi rusak, anak akan kehilangan identitas. Ayah menjadi panutan yang sangat dibutuhkan bagi anak dan umumnya sentuhan kasih ayah lebih berkesan mendalam di hati anak-anak. Ada istilah ayah hero anak-anak karena peran yang unik dan istimewa dimana ayah menjadi pujaan hati oleh gadis kecilnya dan menganggap seorang ibu adalah saingan. Disana ia akan belajar mengenai figur laki-laki yang akan memberikan sudut pandang laki-laki, gadis kecil ini akan tumbuh menjadi sadar dengan identitas kewanitaannya. Selama ibu dan ayah bisa menjelaskan secara proporsional pada masa ini, gadis kecil anda akan mulai belajar mengenal figur sosok laki-laki secara baik (Majalah Ayah Bunda).
Ayah juga merupakan panutan yang berbeda dengan ibu. Ketegasan yang berbeda dengan ketegasan seorang ibu, penyayangnya yang berbeda dengan penyayangnya ibu dan masih banyak lagi, sorot mata kecil anak-anak kita mengamati sosok ayah yang tentunya berbeda dengan ibu. Simaklah perkataan Sayyid Qutb, yang mempunyai ayah sebagai panutannya: “Semasa kecilku, ayah tanamkan ketaqwaan kepada Allah dan rasa takut akan hari akhirat. Engkau tak pernah memarahiku, namun kehidupan sehari-harimu telah menjadi teladanku, bagaimana prilaku orang yang ingat akan hari akhir”.
Menyadari pentingnya peran ayah tersebut, sangat disayangkan sekali bila masih banyak ayah-ayah yang “bertebangan” diluar yang melewati masa-masa pertumbuhan anaknya, yang tidak berinteraksi dalam merawat dan membentuk ikatan dengan anak-anaknya. Anak-anak dapat berbuat buruk dan kejahatan pada ayah jika pendidikan serta berbegai urusan mereka diabaikan. Untuk mempermudah pemahaman, sekilas saya berikan tamsil tugas para ayah misalnya:
1. Pengasuhan anak-anak
2. Persamaan
3. Kehangatan cinta kasih
4. Menghindari pemakaian bahasa kotor
5. Mengawasi perilaku anak-anak
6. Pendisiplinan
7. Menjauhkan anak dari berbagai aktivitas seksual
8. Menjauhkan anak-anak dari makanan yang haram
Masih banyak contoh yang belum saya sebutkan peran ayah dalam keberlansungan dalam pendidikan anaknya. Semoga, tulisan singkat ini dapat membantu para Bapak dalam mendidik anak-anaknya. Amin…

Sangatta, 20 Mei 2008
Sismanto
http://mkpd.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar