Saya jadi teringat kepada anak saya yang saya ajarkan melakukan suatu gerakan tertentu yang mengandung makna tertentu pula sebagai usaha pengingat agar otak tidak mudah lupa terhadap apa yang kita yakini benar dan harus dilaksanakan setiap hari. Saya mengajarkan gerakan tertentu berdasarkan pelatihan yang saya dapatkan secara massal antara lain :
1. Berdiri tegak : fokus pada tujuan
2. Gerakan berserah diri : melatih kesetiaan dan keyakinan pada sang Pencipta
3. Gerakan tunduk syukur : melatih rasa rendah hati (respek/hormat)
4. Melangkah berbalik arah : mengubah sudut pandang (menjadi bijak)
Pertanyaan :
1. Apakah ada referensi ilmiah yang menyatakan bahwa melakukan suatu gerakan yang diulang-ulang setiap hari dengan memberikan makna sesuatu itu bisa menjadi sarana agar tidak mudah dilupakan (agar bisa konsisten antara ilmu, kata, dan perbuatan) ?
2. Andaikan ada referensinya, bagaimana logikanya : gerakan yang diulang-ulang dan diberi makna itu dapat berpengaruh pada jiwa atau karakter atau pembentukan moral positif seseorang ? Efektifkah gerakan itu bila dilakukan menjadi kebiasaan ssetiap hari oleh setiap orang ?
3. Bagaimana peranan otak kanan dalam memengaruhi moral yang dikaitkan dengan melakukan gerakan senam otak ?
Jawaban :
Sebenarnya saya belum mengetahui tentang berbagai gerakan dan makna nilai moralnya dalam pertanyaan diatas. Namun, saya pernah mengikuti pelatihan senam otak yang mungkin bisa membantu menjawab pertanyaan.
Dalam ilmu psikologi, bila suatu hal, tidak hanya terbatas pada gerakan, tetapi juga sikap ataupun perilaku, apabila terus diulang-ulang dan dikaitkan dengan makna tertentu, terutama bila disertai dengan pemberian reward atau penguat kepada seseorang, pasti akan menjadi kebiasaan yang menetap dan tak mudah hilang. Pendekatan psikologis yang membahas hal ini disebut Psikologi Belajar (aliran behaviouristic). Pembahasan ini terdapat di dalam buku-buku psikologi praktis, tetapi tetap mempunyai kadar ilmiah.
Mengenai pertanyaan untuk memahami logika hubungan antara gerakan dan pembentukan moral atau perilaku tertentu, saya ingin mengaitkan dengan suatu program belajar yang dikenal dengan istilah brain gym (senam otak). Tokohnya adalah pasangan suami istri paul dan Gail Dennison. Mereka menciptakan proses Edu-Kinesthetics (Edu-K) dan Brain Gym serta perintis penelitian otak. Penemuannya didasarkan atas pengetahuan tentang hubungan yang erat antara perkembangan fisik, pemahaman bahasa, kemahiran berkomunikasi, dan prestasi akademik.
Dari salah satu buku mereka : Brain Gym ®101, Untuk Kehidupan yang Seimbang, diterjemahkan oleh Elisabeth Demuth (2008), dijelaskan bahwa bidang Edu-K, yang mempelajari gerakan-gerakan dan kaitannya dengan proses belajar, telah menunjukkan bahwa ketika jaringan saraf untuk gerak diaktifkan, maka jaringan ini akan mengaktifkan dan menghubungkan keseluruhan otak secara senergis, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perubahan seseorang.
Dalam Edu-K, gerakan tertentu dikaitkan dengan keterampilan yang dapat diterapkan pada aspek kognisi dan perilaku. Jadi, hidup itu harus bergerak, gerakan adalah pintu belajar. Ada 26 gerakan brain gym yaang dirancang untuk mengaktiffkan berbagai fungsi kognitif, termasuk melihat, mendengar, memahami, mengorganisasi, dan berkomunikasi. Buku mereka telah diterjemahkan dalam banyak bahasa dan dipraktikkan di berbagai negara.
Bila berminat lebih lanjut, silakan mengunjungi www.braingym.org. Dari penelitian yang telah mereka lakukan, aktivitas brain gym terbukti mampu mengajarkan keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk keberhasilan akademis dan kehidupan yang seimbang. Menurut saya sangat mungkin prnsip-prinsip dari gerakan yang telah Anda pelajari dan ajarkan itu tidak berbeda jauh dengan prinsip dari senam otak. Hanya masih perlu pembuktian lebih lanjut.
Peran Otak Kanan
Mengenai peranan otak kanan yang memengaruhi moral dalam kaitan dengan senam otak, sebenarnya menurut sayakedua belahan otak, yaitu kiri dan kanan, sama pentingnya. Kita telah paham bahwa belahan otak kiri berkaitan dengan logika, analisis, bahasa, sistematika, dan matematika. Sementara otak kanan berkaitan dengan emosi, imajinasi, dan kreatifitas sehingga akan berfungsi jika seseorang bermain, berolahraga, dan melakukan aktivitas motorik lainnya, yang diantaranya dapat dilakukan melalui senam otak.
Dengan begitu, kita tak hanya menggunakan otak kiri yang berfungsi untuk menganalisis, membahas, dan memutuskan, tetapi juga mampu menghayati secara afeksional berbagai nilai moral yang sedang ditanamkan. Dengan mengaktifkan kerja sama antara kedua belahan otak secara seimbang, tentunya akan diperoleh hasil yang lebih maksimal.
Tak ada salahnya Anda terus mencoba mengajarkan gerakan-gerakan yang tentunya juga ada filosofi dan penjelasan dari pengajarnya, kemudian mengamati dan bila mungkin melakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah gerakan dan makna tersebut efektif dalam membantu penanaman nilai moral pada anggota keluarga. Tentunya dengan tidak melupakan pemberian teladan dari tindak tanduk kita sehari-hari pula.
sumber : KORAN KOMPAS
sumber : KORAN KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar