Analisi Transaksional
(AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi
individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. AT
melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan
tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan
awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat
putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif-rasional-behavior dan
berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat
putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini
dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang
berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini meyajikan
suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah: Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak. Karena sifat
operasioanl AT, dengan kontraknya, taraf perubahan klien bisa dibentuk.
Sifat kontraktual
proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasaan terapis dan klien.
Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya.
Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya secara aktif.
Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya,
berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah dibuatnya, serta menginsafi
bahwa sekarang dia menetapkan ulang dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya.
Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya
sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.
Konsep
Utama
Pandangan
tentang sifat manusia
AT berakar pada suatu
filsafat yang antideterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup
melampaui pengondisian dan pemrograman awal. Di samping itu, AT berpijak pada
asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya
dan bahwa orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. AT meletakkan
kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan
dan meyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Hal ini tidak meyiratkan
orang-orang terbebas dari pengaruh kekuatan-kekuatan sosial, juga tidak berarti
bahwa orang-orang sampai pada putusan-putusan hidupnya yang penting itu
sepenuhnya oleh diri sendiri, tetapi berarti bahwa, bagaimanapun, orang-orang
dipengaruhi oleh pengharapan-pengharapan dan tuntutan-tuntutan dari orang-orang
lain yang berarti, dan putusan-putusan dininya pun dibuat ketika hidup mereka
sangat bergantung pada orang lain, tetapi putusan-putusan itu bisa ditinjau dan
ditantang serta, jika putusan-putusan dini tidak baik lagi, bisa dibuat
putusan-putusan baru.
Perwakilan-perwakilan
Ego
Ego
Orang
Tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau
dari substitut orang tua. Jika ego
Orang Tua itu dialami oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah
perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan
bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan
tindakan orang tua kita terhadap diri kita.
Ego
Orang
Dewasa adalah pengolah data dan informasi. Ia adalah bagian objektif dari
kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang
sedang terjadi. ia tidak emosional dan tidak menghakimi, tetapi mengenai fakta-fakta
dan kenyataan eksternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego Orang Dewasa menghasilkan pemecahan
yang paling baik bagi masalah tertentu.
Ego
Anak
berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan spontan.
Anak Alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif.
Profesor Cilik adalah kearifan yang asli dari seorang anak. Ia manipulatif dan
kreatif. Ia adalah bagian dari ego Anak
yang intuitif, bagian yang bermain di atas firasat-firasat. Anak yang Disesuaikan
menunjukkan suatu modifikasi dari Anak Alamiah. Modifikasi-modifikasi
dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan,
dan ketetapan-ketetapan tentang bagaimana caranya memperoleh belaian.
Skenario-skenario
kehidupan dan posisi-posisi psikologis dasar
Skenario-skenario
kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan-putusan
awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang selanjutnya dibawa oleh kita
sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan dan demikian kita belajar dan
menetapkan tentang bagaiman kita pada usia dini. Pesan-pesan verbal dan
nonverbal orang tua mengomunikasikan bagaimana mereka melihat kita dan bagaiman
mereka merasakan diri kita. Kita membuat putusan-putusan dini yang memberikan
andil pada pembentukan perasaan sebagai pemenang (perasaan “OK”) atau perasaan
sebagai orang tua yang kalah (perasaan “Tidak OK”).
Kebutuhan
manusia akan belaian
Orang-orang yang ingin
dibelai, baik secara fisik maupun secara emosional. Manusia membuthkan belaian
serta, jika kebutuhan akan belaian itu tidak terpenuhi, cukup bukti yang
menunjukkan bahwa mereka tidak berkembang secara sehat, baik emosional maupun
fisikal. Oleh karena itu, AT memberikan perhatian pada bagaimana orang-orang menyusun
waktunya dalam usaha memperoleh belaian. Putusan-putusan yang dibuat oleh
seseorang menentukan macam belaian apa yang ingin diperolehnya. Belaian bisa
positif dan bisa pula negatif, dan macam-macam belaian dini yang diterima oleh
seseorang akan menentukan bagaiman orang itu bertingkah laku. Menurut AT, kita
seharusnya memahami bagaiman kita memperoleh belaian, belajar untuk memperoleh
belaian yang kita inginkan, dan bertanggung jawab atas ganjaran-ganjaran atau
hukuman-hukuman.
Permainan-permainan
yang kita mainkan
Para pendukung AT
mendorong orang-orang untuk mengenali dan memahami perwakilan-perwakilan ego-nya. Alasannya adalah, dengan
mengakui ketiga perwakilan ego itu,
orang-orang bisa membebaskan diri dari putusan-putusan Anak yang telah usang
dan dari pesan-pesan Orang Tua yang irasional yang menyulitkan kehidupan
mereka. AT mengajari orang bagaimana yang sebaiknya digunakan unttuk membuat
putusan-putusan yang penting bagi kehidupannya.
Tujuan-tujuan
terapi
Tujuan dasar Analisis
Transaksional membantu klien dalm membuat putusan-putusan baru yang menyangkut
tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarnnya adalah mendorong klien
agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh
putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilohan terhadap
cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan
gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang mengalahkan diri, dengan gaya
hidup otonom yang ditandai oleh kesadarn, spontanitas, dan keakraban.
Harris (dalam Corey,
1995) melihat tujuan AT sebagai membantu individu agar memiliki kebebasan
memilih, kebebasan mengubah keinginan, kebebasan mengubah respon-respon
terhadap stimulus-stimulus yang lazim maupun baru. Tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala
yang timbul, dan metode treatment adalah
membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan
penciptaan pilihan-pilihan baru di atas dan di seberang pengaruh-pengaruh masa
lampau yang membatasi.
Berne (dalam Corey, 1995)
menyatakan bahwa tujuan utama AT adalah pencapaian otonomi yang diwujudkan oleh
penemuan kembali tiga karakteristik: kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
James dan Jongeward (dalam Corey, 1995) melihat pencapaian otonomi sebagai
tujuan utama AT, yang bagi mereka berarti mengatur diri, menentukan nasib
sendiri, memikul tanggung jawab atas tindakan-tindakan dan perasaan-perasaan
sendiri, serta membuat pola-pola yang tidak relevan dan tidak pantas bagi
kehidupan saat ini dan sekarang.
Fungsi
dan peran terapis
Analisis Transaksional
dirancang untuk memperoleh pemahaman emisonal maupun pemahaman intelektual.
Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek-aspek rasional, peran terapis sebagian
besar adalah memberikan perhatian pada masalah-masalah emosional. Harris (dalam
Corey, 1995) melihat peran terapis sebagai seorang guru, pelatih, dan
narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Terapis membantu klien
dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan menyebabkan klien
membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan
mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakan dalam menghadapi orang
lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien
memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif
guna menjalani kehidupan yang lebih otonom.
Sumber:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT
Eresco.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar