Jumat, 12 April 2013

Analisis Transaksional


Analisi Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif-rasional-behavior dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini meyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah: Orang Tua, Orang Dewasa, dan Anak. Karena sifat operasioanl AT, dengan kontraknya, taraf perubahan klien bisa dibentuk.
Sifat kontraktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasaan terapis dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah dibuatnya, serta menginsafi bahwa sekarang dia menetapkan ulang dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya. Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-persaannya.

Konsep Utama

Pandangan tentang sifat manusia
AT berakar pada suatu filsafat yang antideterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemrograman awal. Di samping itu, AT berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. AT meletakkan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan meyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Hal ini tidak meyiratkan orang-orang terbebas dari pengaruh kekuatan-kekuatan sosial, juga tidak berarti bahwa orang-orang sampai pada putusan-putusan hidupnya yang penting itu sepenuhnya oleh diri sendiri, tetapi berarti bahwa, bagaimanapun, orang-orang dipengaruhi oleh pengharapan-pengharapan dan tuntutan-tuntutan dari orang-orang lain yang berarti, dan putusan-putusan dininya pun dibuat ketika hidup mereka sangat bergantung pada orang lain, tetapi putusan-putusan itu bisa ditinjau dan ditantang serta, jika putusan-putusan dini tidak baik lagi, bisa dibuat putusan-putusan baru.
Perwakilan-perwakilan Ego
Ego Orang Tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau dari substitut orang tua. Jika ego Orang Tua itu dialami oleh kita, maka apa yang dibayangkan oleh kita adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaan dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita.
Ego Orang Dewasa adalah pengolah data dan informasi. Ia adalah bagian objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi. ia tidak emosional dan tidak menghakimi, tetapi mengenai fakta-fakta dan kenyataan eksternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego Orang Dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik bagi masalah tertentu.
Ego Anak berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan spontan. Anak Alamiah adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif. Profesor Cilik adalah kearifan yang asli dari seorang anak. Ia manipulatif dan kreatif. Ia adalah bagian dari ego Anak yang intuitif, bagian yang bermain di atas firasat-firasat. Anak yang Disesuaikan menunjukkan suatu modifikasi dari Anak Alamiah. Modifikasi-modifikasi dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan, dan ketetapan-ketetapan tentang bagaimana caranya memperoleh belaian.
Skenario-skenario kehidupan dan posisi-posisi psikologis dasar
Skenario-skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan-putusan awal yang dibuat oleh kita sebagai anak, yang selanjutnya dibawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesan-pesan dan demikian kita belajar dan menetapkan tentang bagaiman kita pada usia dini. Pesan-pesan verbal dan nonverbal orang tua mengomunikasikan bagaimana mereka melihat kita dan bagaiman mereka merasakan diri kita. Kita membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil pada pembentukan perasaan sebagai pemenang (perasaan “OK”) atau perasaan sebagai orang tua yang kalah (perasaan “Tidak OK”).


Kebutuhan manusia akan belaian
Orang-orang yang ingin dibelai, baik secara fisik maupun secara emosional. Manusia membuthkan belaian serta, jika kebutuhan akan belaian itu tidak terpenuhi, cukup bukti yang menunjukkan bahwa mereka tidak berkembang secara sehat, baik emosional maupun fisikal. Oleh karena itu, AT memberikan perhatian pada bagaimana orang-orang menyusun waktunya dalam usaha memperoleh belaian. Putusan-putusan yang dibuat oleh seseorang menentukan macam belaian apa yang ingin diperolehnya. Belaian bisa positif dan bisa pula negatif, dan macam-macam belaian dini yang diterima oleh seseorang akan menentukan bagaiman orang itu bertingkah laku. Menurut AT, kita seharusnya memahami bagaiman kita memperoleh belaian, belajar untuk memperoleh belaian yang kita inginkan, dan bertanggung jawab atas ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman.
Permainan-permainan yang kita mainkan
Para pendukung AT mendorong orang-orang untuk mengenali dan memahami perwakilan-perwakilan ego-nya. Alasannya adalah, dengan mengakui ketiga perwakilan ego itu, orang-orang bisa membebaskan diri dari putusan-putusan Anak yang telah usang dan dari pesan-pesan Orang Tua yang irasional yang menyulitkan kehidupan mereka. AT mengajari orang bagaimana yang sebaiknya digunakan unttuk membuat putusan-putusan yang penting bagi kehidupannya.

Tujuan-tujuan terapi
Tujuan dasar Analisis Transaksional membantu klien dalm membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarnnya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh putusan-putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilohan terhadap cara-cara hidup yang mandul dan deterministik. Inti terapi adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan yang mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadarn, spontanitas, dan keakraban.
Harris (dalam Corey, 1995) melihat tujuan AT sebagai membantu individu agar memiliki kebebasan memilih, kebebasan mengubah keinginan, kebebasan mengubah respon-respon terhadap stimulus-stimulus yang lazim maupun baru. Tujuan pemberian treatment adalah menyembuhkan gejala yang timbul, dan metode treatment adalah membebaskan ego Orang Dewasa sehingga bisa mengalami kebebasan memilih dan penciptaan pilihan-pilihan baru di atas dan di seberang pengaruh-pengaruh masa lampau yang membatasi.
Berne (dalam Corey, 1995) menyatakan bahwa tujuan utama AT adalah pencapaian otonomi yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik: kesadaran, spontanitas, dan keakraban. James dan Jongeward (dalam Corey, 1995) melihat pencapaian otonomi sebagai tujuan utama AT, yang bagi mereka berarti mengatur diri, menentukan nasib sendiri, memikul tanggung jawab atas tindakan-tindakan dan perasaan-perasaan sendiri, serta membuat pola-pola yang tidak relevan dan tidak pantas bagi kehidupan saat ini dan sekarang.

Fungsi dan peran terapis
Analisis Transaksional dirancang untuk memperoleh pemahaman emisonal maupun pemahaman intelektual. Akan tetapi, dengan berfokus pada aspek-aspek rasional, peran terapis sebagian besar adalah memberikan perhatian pada masalah-masalah emosional. Harris (dalam Corey, 1995) melihat peran terapis sebagai seorang guru, pelatih, dan narasumber dengan penekanan kuat pada keterlibatan. Terapis membantu klien dalam menemukan kondisi-kondisi masa lampau yang merugikan menyebabkan klien membuat putusan-putusan dini tertentu, memungut rencana-rencana hidup, dan mengembangkan strategi-strategi yang telah digunakan dalam menghadapi orang lain yang sekarang barangkali ingin dipertimbangkannya. Terapis membantu klien memperoleh kesadaran yang lebih realistis dan mencari alternatif-alternatif guna menjalani kehidupan yang lebih otonom.

Sumber: Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Eresco.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar